Dalam beberapa tahun terakhir, survei demi survei menegaskan satu fakta: Gen Z sedang menghadapi tekanan finansial yang berat. Bukan hanya karena biaya hidup yang terus naik, tapi juga karena gaya hidup digital yang memicu keinginan belanja lebih besar.
Di dunia kerja, kondisi keuangan Gen Z bukan sekadar urusan pribadi. Stres finansial bisa menurunkan kinerja, mengganggu kesehatan mental, bahkan memicu turnover lebih tinggi. Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan HR agar generasi muda ini bisa lebih “bernapas” secara finansial? Mari kita bahas!
Mengapa Gen Z Rawan Krisis Finansial?
Banyak yang menganggap Gen Z beruntung karena tumbuh di era digital. Namun, realitanya tidak semanis itu. Berikut alasan kenapa finansial Gen Z sering “kritis”:
- Gaji Awal yang Belum Tinggi
Banyak Gen Z masih berada di level entry-level, sementara biaya hidup melambung.
- Godaan Konsumtif
Media sosial memamerkan gaya hidup mewah, memicu keinginan belanja impulsif.
- Kurangnya Literasi Keuangan
Banyak yang belum terlatih mengelola keuangan, menghindari utang, atau menabung untuk darurat.
- Tekanan Sosial
Rasa takut tertinggal tren (FOMO) bikin Gen Z lebih sering mengeluarkan uang, bahkan melebihi kemampuan mereka.
Dampak Finansial Gen Z ke Dunia Kerja
Jangan anggap remeh masalah finansial Gen Z di kantor. Berikut beberapa dampak nyata yang sering muncul:
- Stres dan Gangguan Fokus
Pikiran mereka terus bercabang antara tugas kantor dan masalah keuangan.
- Risiko Absensi
Masalah keuangan bisa memicu sakit psikosomatik atau keperluan darurat mendadak.
- Turnover Tinggi
Jika merasa gaji dan benefit tak cukup, Gen Z cenderung lebih cepat pindah kerja.
- Tidak Punya Rencana Masa Depan
Sulit menabung atau berinvestasi bikin banyak Gen Z merasa insecure tentang masa depan.
Peran HR Membantu Gen Z Lebih Tangguh Finansial
Untungnya, banyak hal yang bisa dilakukan HR untuk membantu Gen Z bertahan dan bahkan berkembang secara finansial. Berikut beberapa strategi yang layak diterapkan:
Edukasi Finansial di Kantor
HR bisa menyelenggarakan seminar atau workshop soal keuangan praktis, misalnya:
- Cara mengatur budget bulanan.
- Mengelola utang dengan bijak.
- Tips investasi untuk pemula.
Mengundang praktisi keuangan juga bisa jadi cara seru agar materi lebih mudah dicerna.
Fasilitas atau Benefit Pendukung
Perusahaan kini makin kreatif menyediakan benefit yang bukan hanya soal gaji. Misalnya:
- Program Earned Wage Access (EWA)
Karyawan bisa mengakses gaji lebih awal saat darurat, tanpa harus berutang ke pinjol. Ini solusi cepat yang mencegah stres finansial.
- Asuransi kesehatan atau wellness allowance untuk mengurangi beban biaya tak terduga.
- Program kesehatan mental, karena masalah finansial sering berhubungan dengan stres psikologis.
Komunikasi Terbuka dan Empati
HR perlu menjadi partner yang bisa dipercaya:
- Buka ruang diskusi aman tentang isu keuangan.
- Lakukan survei rutin untuk tahu kebutuhan karyawan.
- Pastikan kebijakan perusahaan selalu relevan dengan kondisi karyawan.
Contoh Praktik Baik: VENTENY dan Earned Wage Access
Salah satu contoh nyata adalah VENTENY Employee Super App, yang memiliki fitur Earned Wage Access. Fitur ini memungkinkan karyawan mengakses sebagian gaji sebelum tanggal gajian, tanpa bunga atau denda. Hasilnya:
- Karyawan lebih tenang menghadapi kondisi darurat.
- Risiko terjerat pinjol menurun.
- Produktivitas tetap terjaga karena karyawan tidak dilanda stres keuangan.
Penutup
Masalah finansial Gen Z bukan hanya soal berapa besar gaji yang mereka terima. HR punya peran besar menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan finansial karyawan.
Bantu Gen Z merasa aman secara keuangan, maka mereka akan memberikan performa terbaik.
VENTENY Employee Super App menjadi salah satu solusi nyata lewat fitur Earned Wage Access, membantu karyawan mengelola keuangan lebih baik, tanpa harus terjebak utang berbunga tinggi.
Jadi, saat Gen Z teriak, “Dompet krisis!”, HR bisa jawab: “Tenang, kami punya solusinya.”